Berita

Belajar Nyepi Dari Dewa Ketut Suratnaya 

Minggu, 10 Maret 2024 22:42 WIB
  • Share this on:

Belajar Nyepi Dari Dewa Ketut Suratnaya 

Kemenag Bintan (Humas) - Dewa Ketut Suratnaya, Wakil Ketua Bidang Keagamaan dan Spiritualitas PHDI Pusat mengatakan Ogoh Ogoh sejatinya baru muncul pada 1983. Ogoh Ogoh adalah budaya yang baru saja diciptakan untuk merayakan Nyepi. Berasal dari kata “Ogah Ogah” yang artinya dalam bahasa Bali Utara “digoyang goyang”. 

Suratnaya menjelaskan hal itu dalam perayaan pawai ogoh-ogoh dan gebyar budaya Nusantara di Lagoi Bay, Sabtu, 9 Maret 2024. Ogoh Ogoh menggambarkan manusia yang memiliki dua sifat baik dan buruk. Ogoh Ogoh menjadi salah satu seni budaya yang menyemarakkan setiap tahun baru SAKA.

Suratnaya mengatakan perayaan Nyepi di Indonesia sangat berbeda dengan Hindu India dengan banyak melakukan perenungan empat perilaku. Yang paling dikenal adalah Amati Geni secara fisik termasuk lampu-lampu berbahan daya listrik. 

“Dalam Hindu seluruh aktivitas selalu memiliki dua dimensi antara fisik dan non fisik. Tidak menyala api dan tidak menyalakan api nafsu duniawi. Sehingga bisa dimaknakan tidak bekerja untuk meredam munculnya nafsu yang memancing emosi yang bisa saja muncul dalam interaksi manusia,” ujar Suratnaya. 

Amati lelongan. Tidak berpergian yang menyebabkan hilang kendali. Tidak menikmati hiburan yang berefek tidak baik termasuk televisi dan gadget untuk menghindari godaan. Intinya manusia memiliki dua dimensi jasmani dan rohani yang keduanya memerlukan makanan, makanan jasmani dan makanan ruhani. 

Memberi makanan rohani dan puncaknya dalam Hindu adalah Nyepi dalam rangka memberi makan rohani dengan memperingati tahun baru SAKA. Sebelum itu dilaksanakan, umat Hindu Indonesia melaksanakan kegiatan pra Nyepi seperti Melasti berupa penyucian diri di laut sebagai daya penyucian.

Keesokan harinya juga akan dilaksanakan dengan tawur. Mengembalikan kesucian bumi dengan membayar kesucian bumi. Manusia mengembalikan kemurnian alam dan jiwa manusia. Sifat baik dan buruk manusia dengan alam saling berkelindan yang dalam mengekploitasi alam sering berlebihan sehingga perlu dikembalikan.

Editor:
Hatiman
Kontributor:
Hatiman
Penulis:
Hatiman

Gallery

  • Tandatangani MRA Jaminan Produk Halal Pertama di Eropa, Menag: Perkuat Integrasi Pasar Regional
  • Menag Yaqut Diterima Menhaj Tawfiq, Bahas Persiapan Haji 2025
  • BPJS Ketenagakerjaan Tanjungpinang Gelar Sosialisasi Program bagi Pengelola Pondok Pesantren
  • Gerak Jalan Kreasi, Regu Putra MTs MU Kawal Raih Juara I
  • Sambut Kedatangan, Menag Harap Paus Fransiskus Saksikan Keberagamaan Indonesia Terpelihara dengan Baik